Outlast adalah salah satu franchise “baru” game horror yang bisa terbilang sukses. Ia meminjam konsep game horror yang sebenarnya tak bisa dibilang original, sesuatu yang sudah dijadikan oleh game seperti Slenderman dan Amnesia sebagai daya tarik. Sebuah game horror dimana Anda berperan sebagai karakter utama yang tak bisa melawan dan harus bersembunyi dari semua ancaman yang ada. Walaupun demikian, dibandingkan dengan dua game tersebut, Red Barrels berhasil mengeksekusi banyak hal lainnya dengan lebih sempurna. Atmosfer, mekanik gameplay unik, tata suara unik, hingga konten penuh darah dan mutilasi yang tak menahan diri sama sekali. Hanya dalam waktu singkat, Outlast tumbuh menjadi sebuah seri game horror yang dipuja-puji, sukses dari sisi penjualan, dan berakhir menjadi game yang terus diantisipasi kelanjutannya. Sebuah mimpi yang akhirnya dipenuhi Red Barrels lewat seri kedua yang akan meluncur tahun depan – Outlast 2.
Lewat serangkaian screenshot dan trailer perdana yang dirilis ke pasaran, Oulast 2 terlihat memenuhi hampir semua hal yang Anda antisipasi darinya. Kualitas visual yang mengalami peningkatan dibalut dengan atmosfer, cerita, karakter, dan “musuh” baru untuk diwaspadai. Tak seperti seri pertama dimana sang karakter utama terperangkap dalam ruangan tertutup yang dihiasi koridor penuh koridor, Red Barrels sepertinya ingin Anda menghirup sedikit bau darah di luar ruangan dengan seri kedua ini. Semuanya ditemani dengan cahaya bulan yang sedikit redup dan kegelapan mencekam yang natural di atasnya. Sejauh ini semua formula tersebut berhasil untuk membuat bulu kuduk kami merinding.
Kini tak lagi sekedar hanya bisa dicicipi lewat screenshot atau trailer, Red Barrels akhirnya merilis demo singkat Oulast 2 untuk semua platform rilis yang ada – Playstation 4, Xbox One, dan PC. Ia mungkin membawa konten yang minim, namun ia terhitung berhasil merepresentasikan daya tarik seperti apa yang ingin dijual Red Barrels dengannya.
Lantas, seperti apa impresi pertama seperti apa yang ditawarkan oleh demo yang satu ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah mimpi terburuk? Review impresi kami ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Outlast yang Anda Kenal
Di seri kedua ini, setidaknya dari sedikit sinopsis cerita yang dilemparkan di layar pertama Anda mencicipi sang demo, Anda kembali akan berperan sebagai seorang wartawan bernama Blake Langermann. Pekerjaannya sebagai seorang wartawan investigatif membawanya ke sebuah region yang asing untuk menyelidiki kasus terbunuhnya seorang ibu muda yang tengah hamil bernama Jane Doe. Dari cerita seperti ini saja, Anda bisa memprediksi seri sekuel seperti apa yang akan Anda dapatkan.
Dari demo singkat yang bisa Anda selesaikan hanya dalam waktu 20 menit saja ini, Anda akan bertemu dengan mekanik gameplay yang serupa dengan Outlast sebelumnya, tanpa ada perubahan yang mendasar sama sekali. Anda masih akan dibekali dengan sebuah kamera yang memuat mode Night Vision di dalamnya untuk melihat lebih baik di kegelapan dengan kemampuan zoom yang cukup luar biasa untuk memerhatikan objek di kejauhan. Dan seperti seri pertama pulanya, baterai akan jadi resource paling penting untuk memastikan kamera Anda terus bekerja, apalagi jika Anda secara konsisten menggunakan mode Night Vision yang ada.
Hampir tak ada perubahan mekanik yang berarti, karena karakter utama Anda tetap tidak bisa melawan. Anda tetap hanya bisa berlari, bersembunyi, dan berusaha untuk tak terlihat di depan sumber ancaman yang sepertinya akan berakhir, menjadi makhluk atau manusia apapun di luar Anda sendiri. Anda bisa bersembunyi di beragam tempat untuk mengecoh mereka, dengan mekanik lari untuk bergerak lebih cepat namun butuh waktu istirahat untuk memulihkan stamina yang ada. Familiar? Karena memang demikian adanya. Red Barrels sepertinya mengerti bahwa mereka sudah mengeksekusi hampir semua hal tepat di seri pertama, dan kini hanya perlu menyempurnakannya untuk seri kedua ini. Rasa familiar ini juga akan membuat gamer yang asing untuk langsung terjun ke kedua seri ini nantinya jika mereka merasa penasaran. Sebuah strategi dan pendekatan yang tampaknya akan membuat gamer manapun berkeberatan.