Saya ingat sekali saat pertama kali memainkan dan mengulas game perdana Five Nights at Freddy’s, sejujurnya hanya ada satu kesan yang saya rasakan, yaitu bingung. Sempat merasa kesal juga karena rasanya seperti dibodohi oleh sebuah game mobile yang hanya mempergunakan karakter robot-robot animatronic hewan yang sebenarnya lucu. Tapi kelucuan mereka hanya dalam balutan luarnya saja, seperti yang kita semua ketahui, para animatronic penghibur Pizzeria milik Freddy ini tidak akan beri ampun jika tengah malam sudah tiba.
Formula horror survival yang diperkenalkan oleh Scott Cawthon , sang pengembang game, juga merupakan suatu hal yang jenius dan orisinil. Bertahan selama 6 jam (atau sekitar 2-3 menit dalam waktu sesungguhnya) di setiap 5 malam di dalam game bukanlah hal sederhana yang bisa dilakukan semudah membalikkan telapak tangan. Padahal kalau dipikir-pikir hal ini tidak terlalu baru dalam kehidupan kita, terutama bagi masyarakat Indonesia yang sudah mengenal adat ‘uji nyali’yang masih sering disiarkan saluran televisi swasta.
Well, meskipun formula ‘uji nyali’ ini sudah dilakukan berulang kali oleh pengembangnya – hingga pada kisah prekuel Five Nights at Freddy’s 4 sebagai penutupnya – tetap saja penggemar setia pasti akan merasa penasaran untuk memainkannya. Lagipula secara keseluruhan tingkat kesulitan game ini sangat sangat jauh sekali dari tiga judul sebelumnya, Scott Cawthon tahu benar bagaimana cara membuat penggemar game horror survival-nya ini agar tetap mengulik dan berdebat mengenai cara terbaik dalam menyelesaikan 5 malam di FNAF 4. Tapi, bagaimana dengan pemain baru? Apakah mereka dapat tertarik dan mau berusaha menang di dalam game ini? Mari kita temukan jawabannya pada ulasan berikut ini.
Cuma reflek suara yang dapat menyelamatkanmu
Pertama-tama langsung saja kita telaah unsur utamanya, yaitu unsur gameplay. Tidak jauh berbeda dengan tiga game pendahulunya, kamu akan menggunakan mekanisme point and click untuk memberikan perintah kepada si karakter di dalam game. Namun caramu bertahan dari pukul 12.00 tengah malam hingga pukul 6.00 pagi sangatlah berbeda di Five Nights at Freddy’s 4. Singkatnya, panca indera pendengaran adalah satu-satunya senjata utama untuk bertahan hidup di dalam game yang tentunya harus diiringi dengan reflek tangan yang baik.
Kamu tidak akan lagi diberikan monitor dan cctv untuk memantau para animatronic yang mulai hidup berkeliaran di kegelapan. Hanya ada lampu senter yang akan menemanimu selama 30 jam kedepan yang baterainya tidak akan habis-habis. Memang tidak masuk akal, atau mungkin daya baterainya diisi ulang di siang hari sehingga bisa digunakan semalaman, tapi yang pasti hal ini sangat membantu ketimbang harus khawatir akan kehabisan daya energi listrik seperti pada FNAF 1 dan FNAF 2 . Selain itu, unsur pintu juga kembali dihadirkan di dalam sekuel keempatnya ini.
Tapi, seberapapun lamanya lampu sentermu bertahan, kamu anda dapat mengandalkan suara yang muncul di dalam game. Kamu adalah seorang anak kecil, di dalam kamarnya dengan dua akses pintu keluar, satu closet baju di depannya dan kasur di belakangnya. Kamu harus sering mengecek kedua pintu di kiri dan kanan apakah ada animatronik yang menghampirimu atau tidak. Setelah menghampiri pintu, di sanalah kamu harus mulai menggunakan pendengaranmu dengan baik. Jika tidak ada seperti suara napas yang muncul, maka segera nyalakan lampu senter untuk mengusir siapapun itu yang hendak menyergapmu. Jika sebaliknya, maka kamu harus segera menutup pintu yang tidak bisa permanen ditutup hingga suara napasnya hilang.
Karena pendengaran adalah segalanya, maka kualitas audio Five Nights at Freddy’s 4 harus kamu ketahui lebih lanjut. Saat memulai sebuah malam, kamu akan mendengarkan dentuman bunyi jam (yang entah dimana letaknya) yang menandakan pukul 12.00 tiba dan setelah itu kamu akan mulai mendengar suara-suara sayu malam hari di sebuah komplek perumahan dengan suara mobil yang sesekali melewati jalanan depan rumahmu. Terdengar sangat realistis, bahkan terkadang saya kira suara ambience game ini adalah suara natural di rumah saya karena saya memang memainkannya seorang diri, di kamar saya sendiri, di malam hari – benar-benar seperti uji nyali yang sesungguhnya.
Saya pribadi tidak memiliki headphone bermerk mahal ataupun menggunakan speaker yang tersambung dengan perangkat PC saya untuk memandu saya bermain FNAF 4. Bagi saya dengan earphone sudah sangat membantu saya meneliti efek suara apa yang akan muncul di dalam game. Saya kurang yakin jika kamu bisa mendengarkan audio game ini dengan baik jika dimainkan di tempat umum atau di tempat yang bising, meskipun dengan menggunakan headphone bermerk mahal. Hal ini bisa dikatakan sebagai kekurangan FNAF 4 yang tidak dapat dinikmati di sembarang tempat yang tidak menyediakan keheningan dan kenyamanan bermain.
Simulasi menjadi anak kecil yang sial?
Kembali mengenai situasi di dalam game, kamu tidak lagi berjaga malam sebagai petugas keamanan di restoran Pizzeria ataupun wahana bekas Pizzeria. Melainkan di sebuah rumah, sebagai seorang anak kecil yang hanya bermodalkan lampu senter. Di sebuah kamar dengan dua pintu di kiri dan kanan untuk akses ke ruang tengah, pintu closet (lemari pakaian) di tengah kamar, dan kasur di belakangmu. Kamu pasti bisa bayangkan setingan tempat yang cukup menyebalkan di dalam game horror survival ini.
Karena ulasan ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban apakah FNAF 4 akan mampu membuat pemain baru betah memainkan game ini dan berusaha memenangkannya atau tidak, maka saya akan sampaikan pendapat saya sebagai orang awam yang baru mengetahui seri Five Nights at Freddy’s. Oke, jadi saya tidak mengerti kisah yang diceritakan di dalam FNAF 4 – yang kabarnya merupakan seluk beluk dibalik kisah Bite of ’87 yang cukup fenomenal – maka timbul pertanyaan: mengapa harus mengorbankan seorang anak kecil dengan sejumlah animatronik buas bergigi taring? Dan bagaimana bisa mereka berada di dalam rumah anak ini?
Kesimpulan singkatnya, Five Nights at Freddy’s 4 malah seperti menggambarkan simulasi rasanya menjadi anak kecil yang sial. Bagaimana tidak sial, sepertinya anak ini hanya seorang diri di rumahnya yang nampak cukup luas. Buktinya setelah melewati malam kesatu, anak ini tidak dilindungi kedua orang tuanya di malam-malam berikutnya. Logikanya, anak kecil pasti akan teriak saat merasa ketakutan, kan? Lalu mengapa ia tidak teriak dan orang tuanya tidak menghampiri kamarnya, padahal suara teriakkan Chica dan Bonnie cukup nyaring setiap kali muncul. Atau lebih sederhananya lagi, mengapa semua pintu di rumah tersebut tidak dapat ditutup secara permanen? Sungguh sialnya anak ini.
Bikin penasaran tapi saya terlalu lemah untuk bermain sehari tiga kali
Jujur saja, saya pribadi tidak sanggup rasanya jika harus mengulang game ini berkali-kali dalam waktu singkat. Perlu ada jeda untuk mengistirahatkan mata, telinga, dan jantung yang pasti berdebar setiap kali bermain, apalagi kalau kalah terkejut dan loncat akibat jumpscare yang biadab. Harus saya akui, Scott Cawthon memang sangat jenius dalam menciptakan unsur jumpscare di dalam game horror-nya dan Five Nights at Freddy’s 4 memang adalah seri FNAF dengan jumpscare yang paling menyeramkan.
Jelas saja yang paling menyeramkan, alasannya adalah karena untuk dapat memainkan FNAF 4 dengan baik maka kamu harus meningkatkan volume suara game hingga maksimal. Selain itu kamu juga akan membutuhkan tempat yang sunyi agar dapat berkonsentrasi di dalam game dengan lebih baik. Nah, sekarang bayangkan, saat kamu sudah terhanyut dalam suasana suara suram malam di dalam game dengan volume maksimal, kemudian tiba-tiba jumpscare muncul dengan suara yang sangat memekakkan telinga. Minimalnya pasti kamu akan tidak sengaja membanting smartphone atau tabletmu. Lalu merasa lemas setelahnya.
Sistem kontrol di FNAF 4 juga yang paling menyulitkan di dalam serialnya. Kamu harus menyentuh double-tap untuk mengakses ketiga pintu yang ada di dalam kamar. Selain itu, tombol lampu senter harus ditahan agar tetap menyala dan tombol pintu juga harus diperlakukan dengan hal yang sama agar selalu tertutup. Jika sudah lemas dengan jumpscare bertubi-tubi, saya terkadang kurang bisa fokus untuk melakukan double-tap di dalam game.
Kesimpulannya, Five Nights at Freddy’s 4 adalah serial penutup yang mungkin saja akan diicipi pemain baru namun akan sukar untuk ditelaah hingga tamat oleh pemain yang tidak mengikuti serialnya dari awal. FNAF 4 juga memunculkan potongan-potongan mini-games dalam setiap perpindahan dari satu malam ke malam berikutnya seperti pada FNAF 3 yang sebenarnya menggambarkan penjelasan kisahnya. Namun penyampaian alur kisah prekuel dengan cara seperti ini juga cukup sulit untuk dimengerti jika hanya dimainkan dua atau tiga kali saja. Diperlukan usaha ekstra agar bisa memecahkan game horror survival ini seluruhnya.
Jadi, apa kamu berani uji nyali dengan Five Nights at Freddy’s 4 untuk malam Jumat kali ini hhe?
Kali Ini saya akan membagikan reviewnya kepada kalian hehe look that pasti ketakutan :D
Jumat, 12 Agustus 2016
Review Game pc Five night at fredy 4 lengkap
00.52
1 comment
kurang oaham sama game ini.. thank infonya min
BalasHapushttp://cody.id/produk/power-supply/power-supply-cody-1502d/